A.
Latar
Belakang.
Elektrokimia
adalah ilmu yang mempelajari aspek elektronik
dari reaksi kimia. Elemen
yang digunakan dalam reaksi
elektrokimia dikarakterisasikan dengan banyaknya elektron
yang dimiliki. Elektrokimia secara umum terbagi dalam dua kelompok, yaitu sel galvani
dan sel elektrolisis.Reaksi
elektrokimia dapat berlangsung secara spontan,yaitu ketika dua elektrode yang
direndam di dalam cairan elektrolit dihubungkan dengan untai listrik.
B.
Teori
Sel Volta atau Galvani.
Dasar Teori Sel volta atau sel galvani adalah sel
elektrokimia yang melibatkan reaksi redoks dan menghasilkan arus listrik. Sel
volta terdiri atas elektroda, tempat berlangsungnya reaksi oksidasi disebut
anoda (elektrode negative), dan tempat berlangsungnya reaksi reduksi disebut
katoda (elektrode positif). Prinsip-prinsip Sel Volta (Sel Galvani) 1. Didalam
sel volta reaksi kimianya mengandung arus listrik dan terjadi reaksi spontan.
Terjadi perubahan dari energy kimia menjadi energy listrik. Pada anoda, terjadi
reaksi oksidasi dan bermuatan negatif. Pada katoda, terjadi reaksi reduksi dan
bermuatan positif. Elektron mengalir dari anoda menuju katoda. Rangkaian sel
volta terdiri atas elektrode Zn (logam Zn) yang dicelupkan ke dalam larutan
ZnSO dan elektrode Cu (logam Cu) yang dicelupkan ke dalam larutan CuSO. Kedua
larutan itu dihubungkan dengan jembatan garam yang berbentuk huruf U yang diisi
dengan garam NaCl atau KNO dalam agar-agar (gelatin). Sedangkan, kedua elektrode
dihubungkan dengan alat petunjuk arus, yaitu voltmeter melalui kawat.
Bila elektrode Zn dan Cu dihubungkan dengan sebuah kawat
maka akan terjadi energi listrik (menghasilkan energi listrik). Untuk menjaga
kenetralan listrik dari kedua larutan di atas maka kedua larutan tersebut
dihubungkan dengan jembatan garam. Jembatan garam menyebabkan elekton mengalir
secara terus menerus melalui kawat. Potensial sel (E˚sel) adalah potensial
listrik yang dihasilkan oleh suatu sel volta. Besarnya potensial sel dari suatu
reaksi redoks dalam sel volta dapat ditentukan melalui: 1. Percobaan dengan
menggunakan voltmeter atau potensiometer. 2. Perhitungan berdasarkan data
potensial elektroda unsur-unsur sesuai dengan reaksinya.
E˚sel = E˚katode – E˚anode
atau
E˚sel = E˚reduksi - E˚oksidasi
Potensial elektroda merupakan ukuran besarnya kecenderungan
suatu unsur untuk melepas atau menyerap elektron. Untuk membandingkan
kecenderungan oksidasi atau reduksi dari suatu elektroda pembanding yaitu
elektroda hidrogen. Potensial yang dihasilkan oleh suatu elektroda yang
dihubungkan dengan elektroda hidrogen disebut potensial elektroda. Ada
dua kemungkinan: · Jika potensial electrode bertanda (+) maka electrode lebih
mudah mengalami reduksi. · Jika potensial electrode bertanda (-) maka electrode
lebih mudah mengalami oksidasi. Harga potensial sel tergantung pada jenis
elektroda, suhu, konsentrasi ion dalam larutan, dan jenis ion dalam larutan.
Perlu diingat bahwa: Unsur/electrode yang mempunyai E lebih kecil akan
mengalami oksidasi dan berfungsi sebagai anoda, dengan E˚ oksidasi = - E˚
reduksi.
Syarat reaksi redoks berlangsung spontan, yaitu logam untuk
anoda terletak sebelah kiri logam untuk katoda dalam deret volta. Deret Volta
merupakan urutan logam-logam(ditambah hidrogen) berdasarkan kenaikan potensial
elektroda standarnya. Li K Ba Sr Ca Na Mg Al Mn Zn Cr Fe Ni Co Sn Pb H Cu Hg Ag
Pt Au
Semakin ke kiri letak suatu logam dalam deret volta, maka
logam tersebut semakin mudah teroksidasi. Sebaliknya, semakin ke kanan suatu logam
dalam deret volta, maka logam tersebut semakin mudah tereduksi. Oleh karena
itu, untuk melindungi suatu logam dari reaksi oksidasi
(perkaratan) maka
logam tersebut perlu dihubungkan dengan logam yang letaknya lebih kiri dari
logam tersebut dalam deret volta atau disebut sebagai perlindungan katodik
C.
Pembagian
Sel Volta atau Galvani.
Contoh rangkaian sel galvani.
sel galvani terdiri dari beberapa
bagian, yaitu:
- voltmeter, untuk menentukan besarnya
potensial sel.
- jembatan garam (salt bridge), untuk menjaga kenetralan muatan
listrik pada larutan.
- anoda, elektroda negatif, tempat
terjadinya reaksi oksidasi. pada gambar, yang bertindak sebagai anoda
adalah elektroda Zn/seng
(zink electrode).
- katoda, elektroda positif, tempat
terjadinya reaksi reduksi. pada gambar, yang bertindak sebagai katoda
adalah elektroda Cu/tembaga
(copper electrode).
Proses dalam Sel Galvani
Pada anoda, logam Zn melepaskan
elektron dan menjadi Zn2+ yang larut.
Zn(s)
→ Zn2+(aq) + 2e-
Pada katoda, ion Cu2+
menangkap elektron dan mengendap menjadi logam Cu.
Cu2+(aq)
+ 2e- → Cu(s)
hal ini dapat diketahui dari
berkurangnya massa logam Zn setelah reksi, sedangkan massa logam Cu bertambah.
Reaksi total yang terjadi pada sel galvani adalah:
Zn(s)
+ Cu2+(aq) → Zn2+(aq) + Cu(s)
Sel
Volta dalam kehidupan sehari – hari :
1.
Sel Kering (Sel Leclanche)
Dikenal sebagai batu baterai. Terdiri dari katode yang
berasal dari karbon(grafit) dan anode logam zink. Elektrolit yang dipakai
berupa pasta campuran MnO2, serbuk karbon dan NH4Cl.
Persamaan reaksinya :
Persamaan reaksinya :
Katode
: 2MnO2 + 2H+ + 2e ” Mn2O3 + H2O
Anode
: Zn ” Zn2+ + 2e
Reaksi
sel : 2MnO2 + 2H+ + Zn ” Mn2O3 + H2O + Zn2
2.
Sel Aki
Sel aki disebut juga sebagai sel penyimpan, karena dapat
berfungsi penyimpan listrik dan pada setiap saat dapat dikeluarkan . Anodenya
terbuat dari logam timbal (Pb) dan katodenya terbuat dari logam timbal yang
dilapisi PbO2.Reaksi penggunaan aki :
Anode : Pb + SO4 2- ” PbSO4 + 2e
Anode : Pb + SO4 2- ” PbSO4 + 2e
Katode
: PbO2 + SO42-+ 4H++ 2e ” PbSO4 + 2H2O
Reaksi
sel : Pb + 2SO4 2- + PbO2 + 4H+ ” 2PbSO4 + 2H2O
Reaksi
Pengisian aki :
2PbSO4
+ 2H2O ” Pb + 2SO4 2- + PbO2 + 4H+
3.
Sel Perak Oksida
Sel ini banyak digunakan untuk
alroji, kalkulator dan alat elektronik. Reaksi yang terjadi :
Anoda : Zn(s) + 2OH-(l) ” Zn(OH)2(s)
+ 2e
Katoda : Ag2O(s) + H2O(l) + 2e ”
2Ag(s) + 2OH-(aq)
Reaksi Sel : Zn(s) + Ag2O(s) +
H2O(l) ” Zn(OH)2(s) + 2Ag(s)
Potensial sel yang dihasilkan adalah
1,34 V
4.
Sel Nikel Cadmium (Nikad)
Sel Nikad merupakan sel kering yang
dapat diisi kembali (rechargable). Anodenya terbuat dari Cd dan katodenya
berupa Ni2O3 (pasta). Beda potensial yang dihasilkan sebesar 1,29 V. Reaksinya
dapat balik :
NiO(OH).xH2O + Cd + 2H2O →
2Ni(OH)2.yH2O + Cd(OH)2
5.
Sel Bahan Bakar
Sel Bahan bakar merupakan sel
Galvani dengan pereaksi – pereaksinya (oksigen dan hidrogen) dialirkan secara
kontinyu ke dalam elektrode berpori. Sel ini terdiri atas anode dari nikel,
katode dari nikel oksida dan elektrolit KOH.
Reaksi yang terjadi :
Anode : 2H2(g) + 4OH-(aq) → 4H2O(l)
+ 4e
Katode : O2(g) + 2H2O(l) + 4e →
4OH-(aq)
Reaksi sel : 2H2(g) + O2 → 2H2O(l)
D.
Sel
Elektrolisa.
Elektrolisis
adalah peristiwa penguraian elektrolit dalam sel elektrolisis oleh arus
listrik. Dalam sel volta/galvani, reaksi oksidasi reduksi berlangsung dengan
spontan, dan energi kimia yang menyertai reaksi kimia diubah menjadi energi
listrik. Sedangkan elektrolisis merupakan reaksi kebalikan dari sel
volta/galvani yang potensial selnya negatif atau dengan kata lain, dalam
keadaan normal tidak akan terjadi reaksi dan reaksi dapat terjadi bila
diinduksi dengan energi listrik dari luar.
Contoh sel Volta adalah sel Daniel,
reaksi total sel Daniell adalah :
Zn + Cu2+ → Zn2+ + Cu E0 = 1,1 V
Zn + Cu2+ → Zn2+ + Cu E0 = 1,1 V
Andaikan potensial lebih tinggi
dari 1,1 V diberikan pada sel dengan arah kebalikan dari potensial yang
dihasilkan sel, reaksi sebaliknya akan berlangsung. Jadi, zink akan mengendap
dan tembaga akan mulai larut.
Zn2+ + Cu → Zn + Cu2+
Elektroda
positif (+) dari sel dihubungkan dengan kutub positif (+) dari sumber arus
listrik.
Elektroda negatif (-) dari sel dihubungkan dengan kutub negatif (-) dari sumber arus listrik.
Elektroda negatif (-) dari sel dihubungkan dengan kutub negatif (-) dari sumber arus listrik.
Pada elektroda positif (+)/anoda karena dihubungkan
dengan kutub positif (+) yang potensialnya lebih besar menyebabkan
terjadi reaksi oksidasi dan elektron mengalir dari elektroda ini menuju ke
sumber arus listrik. Elektron bergerak dari kutub negatif (-) sumber arus
listrik ke elektroda negatif (-)/katoda sehingga menyebabkan terjadi reaksi
reduksi.
Persamaan dan perbedaan sel volta dan sel elektrolisis:
Persamaan dan perbedaan sel volta dan sel elektrolisis:
Persamaan :Anoda selalu terjadi reaksi
oksidasi dengan kata lain elektroda yang terjadi reaksi oksidasi disebut anoda.
Katoda selalu terjadi reaksi reduksi dengan kata lain elektroda yang terjadi
reaksi reduksi disebut katoda
Perbedaan :
Pada
Sel Volta
merubah
energi kimia menjadi energi listrik.
Anoda
(oksidasi) adalah elektroda negatif (-) dan katoda (reduksi) adalah elektroda
positif (+)
Pada
Sel Elektrolisis
merubah
energi listrik menjadi energi kimia
Anoda (oksidasi) adalah elektroda
positif (+) dan katoda (reduksi) adalah elektroda negatif (-)
Reaksi-reaksi Sel Elektrolisis
Reaksi pada Katoda ( Reduksi Kation)
1. Bila kation dari golongan Alkali/
IA (Li+, Na+, K+), Alkali tanah/ IIA (Mg2+,
Ca2+, Sr2+, Ba2+), Al3+ atau Mn2+
maka kation tersebut tidak direduksi namun air (H2O) yang
direduksi. hal ini karena E°red H2O lebih
besar dari ion-ion teraebut. Reaksi yang terjadi :
2H2O(l) + 2e- → H2(g) + 2OH-(aq)
2. H+ dari suatu asam
akan direduksi menjadi gas hidrogen (H2). Reaksi yang terjadi :
2H+(aq) + 2e- → H2(g)
3. Ion-ion logam lainnya yang tidak
termasuk kelompok di atas direduksi lalu mengendap pada katoda.
Ni2+(aq) + 2e- → Ni(s)
Cu2+(aq) + 2e- → Cu(aq)
Ag+(aq) + e- → Ag(s)
4. Ion-ion lelehan atau leburan dari
golongan alkali dan alkali tanah direduksi lalu mengendap pada katoda (karena
lelehan/leburan tidak mengandung air).
Li+(aq) + e- → Li(s)
Ca2+(aq) + 2e- → Ca(s)
Reaksi pada Anoda (Oksidasi Anion)
1. Bila elektrodanya non inert
( Ni, Cu, Ag dll) maka elektrodanya yang dioksidasi. contoh reaksinya :
Ni(s) → Ni2+(aq) + 2e-
Cu(aq) → Cu2+(aq) + 2e-
Ag(s)
→ Ag+(aq) + e-
2.
Bila elektrodanya inert ( C, Pt atau Au) maka elektrodanya tidak bereaksi dan
bila anionnya :
a. Ion OH- dari basa maka reaksi yang terjadi :
4OH-(aq) → 2H2O(aq)
+ O2(g) + 4e-
b. Ion sisa asam yang mengandung oksigen (SO42-,
NO3-, PO43- dll) tidak dioksidasi
namun air (H2O) yang dioksidasi. karena E°oks
H2O lebih besar dari sisa asam yang mengandung oksigen. Reaksi
yang terjadi :
2H2O(aq) → 4H+(aq) + O2(g) + 4e-
c. ion sisa asam yang tidak
mengandung oksigen (Cl- , Br- , I- dll) akan
dioksidasi.
2Cl-(s) → Cl2(g) + 2e-
2Br-(s) → Br2(g) + 2e-
setelah
membaca dari beberapa sumber ternyata yang dituliskan dalam reaksi elektrolisis
bukan hanya reaksi di katoda (+) dan anoda (-) saja, tetapi reaksi
penguraiannya juga. sebagai gambaran saya beri beberapa contoh reaksi
elektrolisis.
1.
elektrolisis kalium iodida (KI) dengan elektroda C
KI → K+ + I- x2
Katoda (+) : 2H2O(l) + 2e- → H2(g)
+ 2OH-(aq)
Anoda (-) : 2I-(s)
→ I2(g) + 2e-
2KI → 2K+ +
Katoda (+) : 2H2O(l) + 2e- → H2(g) + 2OH-(aq)
Anoda (-) : 2I-(s)
→ I2(g) + 2e-
--------------------------------------------------------
Reaksi sel :
2KI + 2H2O → 2K+ + 2OH-
+ I2 + H2
2KI + 2H2O → 2KOH + I2 + H2
Pada katoda reaksi K diganti oleh H2O karena K tergolong
dalan logam alkali.
dikalikan 2 ( x2 ) untuk menyamakan ion sejenis dan/atau elektron di ruas kiri dan kanan. kemudian setelah ion sejenis dan jumlah elektron di ruas kiri dan kanan sama dapat dicoret. Yang tidak dicoret itulah reaksi selnya. Pada reaksi-reaksi selanjutnya tidak saya beri keterangan yang penting perhatikan aturan-aturan reaksi pada katoda dan anoda yang telah dibahas sebelumnya.
dikalikan 2 ( x2 ) untuk menyamakan ion sejenis dan/atau elektron di ruas kiri dan kanan. kemudian setelah ion sejenis dan jumlah elektron di ruas kiri dan kanan sama dapat dicoret. Yang tidak dicoret itulah reaksi selnya. Pada reaksi-reaksi selanjutnya tidak saya beri keterangan yang penting perhatikan aturan-aturan reaksi pada katoda dan anoda yang telah dibahas sebelumnya.
2.
elektrolisis larutan AgNO3 dengan elektroda Pt
AgNO3 → Ag+ + NO3- x4
Katoda (+) : Ag+(aq) + e- → Ag(s)
x4
Anoda (-) : 2H2O(aq) → 4H+(aq) + O2(g) + 4e-
x1
4AgNO3 →4Ag+ + 4NO3-
4AgNO3 →
Katoda (+) : 4Ag+(aq) + 4e-
→ 4Ag(s)
Anoda (-) : 2H2O(aq)
→ 4H+(aq) + O2(g)
+ 4e-
--------------------------------------------------------------------------
Reaksi sel : 4AgNO3(aq) + 2H2O(aq) → 4Ag(s) + 4H+(aq) + 4NO3- + O2(g)
--------------------------------------------------------------------------
Reaksi sel : 4AgNO3(aq) + 2H2O(aq) → 4Ag(s) + 4H+(aq) + 4NO3- + O2(g)
4AgNO3(aq) + 2H2O(aq) → 4Ag(s)
+ 4HNO3 + O2(g)
3.
elektrolisi leburan NaCl dengan elektroda Cu ( ingat Cu tidak inert)
NaCl → Na+ + Cl- x2
NaCl → Na+ + Cl- x2
Katoda (+) : Na+(aq) + e- → Na(s)
x2
Anoda (-) : Cu(aq) → Cu2+(aq) + 2e-
x1
2NaCl →2Na+
+ 2Cl-
2NaCl →
Katoda (+) : 2Na+(aq) + 2e- → 2Na(s)
Anoda (-) : Cu(aq)
→ Cu2+(aq) + 2e-
Reaksi sel : 2NaCl + Cu(aq) → 2Na(s) + Cu2+ + 2Cl-
Reaksi sel : 2NaCl + Cu(aq) → 2Na(s) + Cu2+ + 2Cl-
2NaCl + Cu(aq) → 2Na(s)
+ CuCl2
E.
Prinsip
Dasar Elektroplating.
Prinsip dasar Electroplating adalah melapisi permukaan benda
kerja dengan logam jenis lain untuk memperbaiki kualitas permukaan dari benda
kerja tersebut. Proses pelapisan tersebut bisa berlangsung dengan bantuan arus
listrik DC dengan media larutan elektrolit (larutan penghantar).
1. Bak Plating.
2. Anoda (+).
3. Katoda / benda
kerja (-).
4. Lapisan logam yang
terbentuk.
5. Larutan Elektrolit.
6. Rectifier (Sumber
arus DC).
7. Voltmeter.
8. Amperemeter.
9. Tembaga untuk
penghantar listrik.
1. Bak Plating
Bak
Plating harus terbuat dari bahan yang tahan dengan larutan elektrolit yang
digunakan. Umumnya terbuat dari PVC atau PP. Untuk ukuran yang besar bisa
menggunakan besi atau semen yang dilapisi PVC atau PP. Ukuran bak menentukan
ukuran dan jumlah barang yang bisa diproses.
2. Anoda
Anoda
dihubungkan dengan kutub positip dari rectifier. Anoda biasanya terbuat dari
logam yang akan dilapiskan. Dengan adanya arus listrik anoda tersebut bisa
larut ke dalam larutan elektrolit . Dalam waktu bersamaan ion logam dalam
larutan yang dekat dengan benda kerja, berubah menjadi logam dan melapisi benda
kerja. Contohnya anoda Nickel, Copper, Zinc, Tin, dan Brass. Ada juga
anoda yang tidak bisa larut. Jadi untuk menggantikan ion logamnya harus
ditambahkan bahan kimia ke dalam larutan elektrolit, seperti anoda chrom,
carbon, Platinize Titanium, dan Stainless Steel.
3. Katoda
Katoda
atau benda kerja dihubungkan dengan kutub negatip dari rectifier. Permukaan
benda kerja yang dekat dengan anoda akan lebih mudah terlapisi dibandingkan
dengan yang lebih jauh atau terhalang.Dengan mengatur posisi benda kerja
terhadap anoda akan membantu meratakan lapisan dan mempercepat proses plating.
4. Lapisan logam
Lapisan
logam yang terbentuk mempunyai karakteristik yang khusus. Tergantung dari
kadar kandungan bahan kimia dalam elektrolit, kondisi proses, dan
kualitas arus listrik. Diperlukan pengetahuan yang lebih dalam tentang
elektroplating untuk bisa menghasilkan lapisan logam dengan karakteristik yang
sesuai dengan kebutuhan. Lapisan logam ini dalam satuan micron, dan bisa diukur
dengan menggunakan thickness meter.
5. Larutan Elektrolit
Larutan
elektrolit berfungsi sebagai penghantar listrik dan media pelarutan dari ion
logam. Larutan elektrolit ini biasanya terdiri garam yang mengandung ion logam,
buffer (pengatur pH), dan aditif (Surfactant, Brightener dan Katalis). Volume
larutan elektrolit yang menyusut karena penguapan bisa dikembalikan lagi ke
volume semula dengan menambahkan air bilasan dari proses plating tersebut.
Untuk mempertahankan kadar dari larutan elektrolit, bisa dilakukan test secara
berkala, dan menambahkan bahan kimia yang berkurang.
6. Rectifier
Rectifier merupakan sumber
arus DC dari Proses Electroplating. Rectifier sebaiknya yang bisa diatur Volt
DC nya, sehingga bisa disesuaikan dengan ukuran benda kerja dan jenis
Platingnya.
7. Volt meter
Volt
meter disini untuk mengukur Volt yang sedang digunakan dalam proses Plating.
Volt diatur untuk mendapatkan ampere yang diinginkan atau sesuai dengan
perhitungan standar. Pengaturan Volt yang tidak tepat akan mempengaruhi
kualitas lapisan dan lamanya proses kerja.
8. Ampere meter
Ampere
meter untuk mengukur ampere dari arus listrik selama proses Plating. Ampere ini
sangat penting, karena bisa digunakan untuk menghitung jumlah logam yang
melapisi, sehingga bisa digunakan untuk menghitung biaya produksi. Ampere meter
idealnya yang digital agar lebih akurat dalam pembacaannya. Ampere ini juga
sebagai parameter standar dari Plating, sebab setiap proses Plating mempunyai
standar ampere per-desimeterpersegi yang berbeda-beda.
9. Tembaga
Tembaga
untuk penghantar listrik dari Rectifier ke anoda atau katoda. Ukuran dari
tembaga disesuaikan dengan ampere yang digunakan. Sebisa mungkin jangan banyak
sambungan, karena dapat memperburuk aliran arus listrik. Setiap sambungan yang
ada harus sering di cek dan dibersihkan agar arus listrik tetap lancar.
F.
Unsur-unsur
Pokok Proses Elektroplating.
Elektroplating merupakan suatu proses
yang digunakan untuk memanipulasi
sifat suatu substrat dengan cara melapisinya dengan logam lain.Proses elektroplating banyak dibutuhkan oleh industri penghasil benda logam, diantaranya industri
komponen elektronika, peralatan listrik, peralatan olah-raga, peralatan dapur, dan
sebagainya. Namun demikian proses elektroplating dalam prakteknya masih sulit dilakukan oleh karena pengendaliannya masih membutuhkan tenaga ahli yang
berpengalaman.
sifat suatu substrat dengan cara melapisinya dengan logam lain.Proses elektroplating banyak dibutuhkan oleh industri penghasil benda logam, diantaranya industri
komponen elektronika, peralatan listrik, peralatan olah-raga, peralatan dapur, dan
sebagainya. Namun demikian proses elektroplating dalam prakteknya masih sulit dilakukan oleh karena pengendaliannya masih membutuhkan tenaga ahli yang
berpengalaman.
Hasil yang diperoleh dalam proses
elektroplating dipengaruhi oleh banyak
variabel, diantaranya larutan yang digunakan, suhu larutan, durasi plating, tegangan
antara kedua elektroda, keadaan elektroda yang digunakan, dan sebagainya.
variabel, diantaranya larutan yang digunakan, suhu larutan, durasi plating, tegangan
antara kedua elektroda, keadaan elektroda yang digunakan, dan sebagainya.
àELEKTROLIT
Elektrolit adalah suatu zat yang larut atau terurai ke dalam bentuk ion-ion dan
selanjutnya larutan, larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau
lebih zat. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat)
terlarut atau solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat
lain dalam larutan disebut pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut dan
pelarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan
proses pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan
atau solvasi. menjadi konduktor elektrik, konduktor
elektrik adalah material yang
dapat menghantarkan arus listrik dengan mudah. ion-ion
merupakan atom-atom bermuatan elektrik.
Elektrolit bisa berupa air, asam, basa
atau berupa senyawa kimia lainnya. Elektrolit umumnya berbentuk asam, basa atau garam. Beberapa gas tertentu dapat berfungsi sebagai elektrolit pada kondisi
tertentu misalnya pada suhu tinggi atau tekanan rendah. Elektrolit kuat identik
dengan asam, basa, dan garam kuat. Elektrolit merupakan senyawa yang berikatan ion
dan kovalen polar. Sebagian besar senyawa yang berikatan ion merupakan
elektrolit sebagai contoh ikatan ion NaCl yang merupakan salah satu jenis garam
yakni garam dapur. NaCl dapat menjadi elektrolit dalm bentuk larutan dan
lelehan. atau bentuk liquid dan aqueous. sedangkan dalam bentuk solid atau
padatan senyawa ion tidak dapat berfungsi sebagai elektrolit.
àANODA
Anoda adalah elektroda,
elektroda adalah konduktor yang digunakan untuk bersentuhan dengan bagian atau
media non-logam dari sebuah sirkuit (misal semikonduktor, elektrolit atau vakum). Bisa berupa logam maupun penghantar listrik lain, pada sel elektrokimia yang terpolarisasi jika arus
listrik mengalir ke dalamnya. Arus listrik mengalir berlawanan dengan arah
pergerakan elektron. Pada proses elektrokimia, baik sel
galvanik (baterai) maupun sel elektrolisis, anoda mengalami oksidasi.
àKATODA
katoda adalah elektroda dalam sel
elaktrokimia yang terpolarisasi jika arus listrik mengalir keluar darinya. Pada
baterai biasa (Baterai Karbon-Seng), yang menjadi katoda adalah seng, yang juga
menjadi pembungkus baterai. Sedangkan, pada baterai alkalin, yang menjadi
katoda adalah mangan dioksida (MnO2).
HUKUM FARADAY 1
Massa zat yang terbentuk pada
masing-masing elektroda sebanding dengan kuat arus/arus listrik yang mengalir
pada elektrolisis tersebut.
Rumus:
m = e . i . t / 96.500
q = i . t
m = massa zat yang dihasilkan (gram)
e = berat ekivalen = Ar/ Valens i=
Mr/Valensi
i = kuat arus listrik (amper)
t = waktu (detik)
q = muatan listrik (coulomb)
HUKUM
FARADAY II
Massa dari macam-macam zat yang diendapkan pada
masing-masing elektroda (terbentuk pada masing-masing elektroda) oleh sejumlah
arus listrik yang sama banyaknya akan sebanding dengan berat ekivalen
masing-masing zat tersebut.”
Rumus:
m1 : m2 = e1
: e2
m = massa zat (garam)
e = beret ekivalen = Ar/Valensi =
Mr/Valensi
PELAPISAN
NONTEKNOLOGI
Kromium heksavalen, Cr (VI), banyak
digunakan oleh industri sebagai bahan pelapis yang mencegah korosi. Logam ini
juga banyak digunakan oleh industri pembuatan stainless steel, welding,
aplikasi cat & pigmen, electroplating, dan berbagai proses coating lainnya.
Logam yang terdapat secara alami di alam ini diketahui memiliki sifat toksik
dan bersifat karsinogen bagi manusia jika diinhalasi. Sebagai contoh, sebuah
stasiun sistem pendinginan secara berkala akan mengaplikasikan cat anti korosi
pada koil pendinginnya dan melepas limbah air yang mengandung kromium ke
lingkungan. Walaupun Cr (VI) bersifat toksik, logam ini masih merupakan bahan
penting dalam industri logam hulu sebagai pengontrol korosi. Namun dampak
lingkungan dan kesehatan yang disebabkannya, dan semakin ketatnya regulasi yang
berkaitan, menyebabkan ilmuwan berinisiatif untuk mengembangkan sistem
pelapisan generasi baru.
Material baru yang sedang
dikembangkan dan digunakan industri modern mensyaratkan peningkatan sistem
pelapisan yang sulit sehingga meningkatkan kinerja dan daya tahannya. Dengan
semakin menurunnya kualitas lingkungan akibat faktoraktifitas industri,
keramahan terhadap lingkungan merupakan aspek penting yang menjadi perhatian
dalam perancangan material baru – dan Cr (VI) tentunya tidak memenuhi
persyaratan tersebut. Lebih lanjut lagi, sementara pelapisan korosi
konvensional hanya menjadi penghalang pasif yang mencegah interaksi spesi
korosif dengan logam, pelapisan nanoteknologi di masa datang merupakan materi
yang ‘pintar’, materi yang memiliki beberapa kegunaan sehingga memberi hasil
berupa kemampuan memperbaiki diri sendiri.
Keseluruhan konsep mengenai material
‘pintar’ yang dapat bereaksi terhadap dampak eksternal (pH, perubahan
kelembaban, atau distorsi kesatuan pelapis) dan dapat memperbaiki diri telah
mendapat perkembangan yang sangat besar dengan hadirnya nanoteknologi. Struktur
pelapisan multilayer skala nano, dimana komponen-komponennya terintegrasi dan
saling reaktif, adalah pokok utama dalam sistem proteksi korosi yang kuat dan
rumit.
Para peneliti di Jerman telah
mengembangkan metode baru untuk proteksi korosi multilayer di dalamnya termasuk
perlakuan awal terhadap permukaan logam dengan sonikasi dan deposisi
polielektrolit (polimer dengan gugus elektrolit) serta inhibitor. Hasil dari
metode ini adalah terbentuknya smart polymer nanonetwork (polimer dengan
jaringan skala nano) ramah lingkungan sebagai inhibitor korosi organik.
Sistem pelapisan baru ini memiliki
daya tahan yang sangat tinggi terhadap serangan korosi, kestabilan jangka
panjang pada media yang agresif, ramah lingkungan dan prosedur preparasi yang
mudah dan ekonomis.
Tes korosi 21 hari dalam larutan
NaCl 0,1 M: pencitraan SEM dan foto plat aluminium yang tidak dilindungi dan
mengalami degradasi korosi (kiri) dan plat aluminium tahan korosi yang dilapisi
polielektrolit (kanan)
Pokok dari sistem baru yang diajukan
ini adala pendekatan proteksi multi-level, dimana sistem yang protektif – smart
multilayer – bukan hanya menjadi penghalang bagi dampak eksternal, tapi juga
merespon perubahan yang terjadi pada struktur internalnya, dan dalam sistem
yang sama mengkombinasikan mekanisme pencegah dan perbaikan kerusakan.
Ilmuwan-ilmuwan dari institut
Max-Planck mengawali penelitian dari asumsi bahwa prosedur deposisi lapisan per
lapisan (layer by layer (LbL)), merupakan solusi efektif preparasi pelapisan
antikorosi yang dapat memperbaiki diri sendiri. Proses LbL meliputi penyusunan
polielektrolit dan inhibitor atau nanopartikel pada substrat dengan ketepatan
pada skala nano sehingga dapat terbentuk lapisan yang multifungsi.
Perlakuan awal berupa sonikasi
permukaan aluminium membentuk lapisan yang seragam. Permukaan yang disonikasi
terlebih dahulu memiliki sifat yang lebih baik dalam hal kebasahan, adesi, dan
ikatan kimia dengan lapisan polimer pada pelapisan LbL selanjutnya. Setelah
perlakuan awal, terbentuk lapisan polielektrolit dan inhibitor dengan tebal
5-10 nm dengan deposisi LbL pada paduan aluminium.
Para ilmuwan terkagum dengan
kemampuan lapisan polielektrolit yang hanya setebal skala nanometer dalam
memberi perlindungan efektif paduan aluminium terhadap korosi. Mereka
menjelaskan bahwa sifat dasar lapisan antikorosi ini secara simultan memberi
tiga mekanisme perlindungan korosi: 1) pasifasi degradasi logam dengan
mengontrol pelepasan inhibitor; 2) menyangga perubahan pH pada daerah korosif
oleh lapisan polielektronik; dan 3) memperbaiki sendiri defek pada film akibat
mobilitas konbstituen polielektrolit pada penyusunan LbL. Karena pelepasan
inhibitor distimulasi oleh spesi korosif dan produk korosif, pelapisan ‘pintar’
ini memberi aktifitas perbaikan diri jangka panjang.
Metode perlindungan anti korosi ini
memiliki potensi aplikasi yang sangat luas. Semua komponen (polielektrolit dan
inhibitor) dapat disesuaikan untuk berbagai permukaan aplikasi. Sistem
pelapisan baru ini dapat diaplikasikan dalam dirgantara, otomotif, industri
maritim dan bidang lainnya yang rentan terhadap kerusakan akibat korosi,
seperti pipa gas dan minyak.
G.
Fungsi
Elektroplatimg.
Kegunaan elektroplating ada empat tujuan utama yaitu
penampilan, perlindungan, sifat khusus, sifat mekanis. Keempat kegunaan ini
kadang sulit dipisahkan satu sama lain, umumnya untuk satu proses
elektroplating memiliki dua atau lebih dari keempat fungsi tersebut.
1. Dekoratif.
Banyak
logam tidak menarik untuk dilihat, karena memiliki sifat mudah teroksidasi,
berminyak, atau berkarat. Contohnya seperti besi, yang merupakan logam paling
murah yang tersedia banyak di pasaran Lapisarf tipis krotft akan mempercantik
penampilan sekaligus menambah nilai jual dari seng. Krom dapat di-plating dengan
proses 'bright plating dan terlihat mengkilat (bila dilakukan dengan
benar dapat bertahan hingga bertahun-tahun). 01eh sebab ini maka krom plating
menjadi plating paling banyak digunakan selama ini untuk tujuan
dekoratif. Namun karena krom plating sendiri sangat tipis (untuk membuat
lapisan kromium dengan ketebalan tertentu sangat sulit, terutama karena
kesulitan dalam pengukuran ketebalan) maka digunakan kombinasi tembaga-nikel
atau nikel saja sebagai undercoat (lapisan bawah) kromium, sehingga
hasil plating dapat bertahan lebih lama. Logam lain yang digunakan untuk
dekoratif plating antara lain emas, perak, tembaga, perunggu,
kuningan, dan rhodium.
nickel
cable gland
|
Fungsi
plating untuk lapisan pelindung seringkali dihubungkan dengan fungsi plating
untuk dekoratif. Kombinasi tembaga nikel- kromium yang digunakan untuk
bumper mobil, contohnya, mempunyai dua fungsi, yaitu melindungi dari karat dan
mempercantik penampilan mobil. Khusus untuk fungsi proteksi, seng adalah logam
yang paling ekonomis dan efektif yang paling banyak digunakan. Walaupun seng
dapat dikilapkan, namun tidak akan bertahan lama, akibatnya seng jarang
digunakan untuk fungsi dekoratif. Kadmium lebih mahal dari seng, namun memiliki
sifat jauh lebih unggul daripada seng, kadmium lebih tahan korosi terutama bila
digunakan pada lingkungan yang lembab atau di laut. Tin (timah) berfungsi untuk
melindungi besi terutama pada kaleng makanan. Sebenarnya kombinasi fungsi timah
dan besi adalah saling melengkapi, dimana besi menguatkan sifat timah yang
mudah penyok, dan timah melindungi besi dari karat, sekaligus melindungi
makanan dari besi. Kaleng makanan merupakan penerapan proses elektroplating
dalam jumlah besar yang paling banyak digunakan oleh industri.
Ada
beberapa benda yang diperlukan untuk suatu tujuan tetapi logam pembuatnya tidak
memiliki sifat yang sesuai dan menunjang fungsinya, sehingga perlu dilakukan plating
pada logam dasar tersebut untuk memberinya sifat yang sesuai dengan
kebutuhan. Beberapa contohnya antara lain:
- Timah dilapiskan pada kaki komponen elektronik untuk
mempermudah solder melekat padanya. Kaki komponen terbuat dari tembaga, namun
tembaga saja tidak cukup cepat dilekati timah
-
sambung, diperlukan tahanan yang sangat kecil pada kontak. Logam emas di solder
karena sangat sulit menjaga tembaga dari lapisan film yang ditimbulkannya
akibat interaksi dengan lingkungan. Lapisan minyak ini akan empersulit
pelekatan timah solder pada kaki komponen.
- Untuk fungsi reflektor (pada senter, atau lampu otomotif), logam dilapisi dengan logam perak atau rhodium yang memiliki daya refleksi tinggi.
- Untuk fungsi relay dan switch yang bekerja dengan kontak putusan palladium dilapiskan pada kontak untuk memperkuat fisik kontak dan memperkecil tahanan kontak.
- Untuk fungsi reflektor (pada senter, atau lampu otomotif), logam dilapisi dengan logam perak atau rhodium yang memiliki daya refleksi tinggi.
- Untuk fungsi relay dan switch yang bekerja dengan kontak putusan palladium dilapiskan pada kontak untuk memperkuat fisik kontak dan memperkecil tahanan kontak.
5.
Sifat mekanik.
Kategori
ini dapat digolongkan pada pemberian sifat khusus pada logam dasar. Kategori
ini dipisah dengan pertimbangan bahwa untuk penggunaan mekanik, sebuah logam
perlu dilapisi lebih tebal dibanding dengan tiga kategori sebelumnya,
seringkali hingga orde milimeter ( tiga kategori sebelumnya hanya hingga orde
mikrometer ). Umumnya sifat flsik yang diinginkan dalam kategori ini adalah
kekuatan dan ketahanan. Terkadang plating digunakan untuk merekonstruksi
ulang bentuk dari logam yang telah rusak baik akibat penggunaan maupun salah
produksi. Kromium dengan ketebalan jauh di atas ketebalan untuk
fungsi dekoratif, digunakan untuk melapisi laras senapan, membentuk gilingan
yang digunakan dalam mesin pembuat kertas, silinder mesin diesel, dan banyak
benda-benda lain yang membutuhkan kekerasan bahan. Klaker untuk roda pintu besi
harmonika, roda kendaraan, atau mencairkan tip-ex semuanya terendam dalam
cairan, yang mana mudah terjadi korosi, sehingga dilapisi dengan kromium untuk
meningkatkan daya tahan korosi.
H.
Hukum
Faraday.
HUKUM FARADAY 1
Massa zat yang terbentuk pada masing-masing elektroda
sebanding dengan kuat arus/arus listrik yang mengalir pada elektrolisis
tersebut.
Rumus:
m = e . i . t / 96.500
q = i . t
m = massa zat yang dihasilkan (gram)
e = berat ekivalen = Ar/ Valens i=
Mr/Valensi
i = kuat arus listrik (amper)
t = waktu (detik)
q = muatan listrik (coulomb)
HUKUM
FARADAY II
Massa
dari macam-macam zat yang diendapkan pada masing-masing elektroda (terbentuk
pada masing-masing elektroda) oleh sejumlah arus listrik yang sama banyaknya
akan sebanding dengan berat ekivalen masing-masing zat tersebut.”
Rumus:
m1 : m2 = e1
: e2
m = massa zat (garam)
e = beret ekivalen = Ar/Valensi =
Mr/Valensi
I.
Korosi.
Korosi adalah reaksi redoks antara suatu logam dengan
berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tak
dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Contoh korosi
yang paling lazim adalah perkaratan besi.Padaperistiwa korosi, logam
mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara) mengalami reduksi. Karat logam
umumnya adalah berupa oksida dan karbonat. Rumus kimia karat besi adalah Fe2O3.
xH2O, suatu zat padat yang berwarna coklat-merah.Korosi merupakan proses elektrokimia.
Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi itu berlaku sebagai anode, di mana
besi mengalami oksidasi.Fe(s) ↔ Fe2+(aq)
+ 2e Eº = +0.44 V
Elektron yang dibebaskan di anode mengalir ke bagian lain
besi itu yang bertindak sebagai katode, di mana oksigen tereduksi.
O2(g) + 2H2O(l) + 4e ↔ 4OH-(aq) Eº = +0.40 V
atau O2(g) + 4H+(aq) + 4e ↔ 2H2O(l) Eº = +1.23 V
Ion besi(II) yang terbentuk pada anode selanjutnya
teroksidasi membentuk ion besi(III) yang kemudian membentuk senyawa oksida
terhidrasi, Fe2O3. xH2O, yaitu karat besi. Mengenai bagian mana dari besi itu
yang bertindak sebagai anode dan bagian mana yang bertindak sebagai katode,
bergantung pada berbagai faktor, misalnya zat pengotor, atau perbedaan rapatan
logam itu.
J.
Faktor
yang Mempengaruhi Korosi.
Korosi pada permukaan suatu logam dapat dipercepat oleh
beberapa faktor, antara lain:
1. Kontak Langsung logam dengan H2O dan O2
Korosi pada permukaan logam
merupakan proses yang mengandung reaksi redoks. Reaksi yang terjadi ini
merupakan sel Volta mini. sebagai contoh, korosi besi terjadi apabila ada
oksigen (O2) dan air (H2O). Logam besi tidaklah murni,
melainkan mengandung campuran karbon yang menyebar secara tidak merata dalam
logam tersebut. Akibatnya menimbulkan perbedaan potensial listrik antara atom
logam dengan atom karbon (C). Atom logam besi (Fe) bertindak sebagai anode dan
atom C sebagai katode. Oksigen dari udara yang larut dalam air akan tereduksi,
sedangkan air sendiri berfungsi sebagai media tempat berlangsungnya reaksi
redoks pada peristiwa korosi. Semakin banyak jumlah O2 dan H2O
yang mengalami kontak denan permukaan logam, maka semakin cepat berlangsungnya
korosi pada permukaan logam tersebut.
2. Keberadaan Zat Pengotor
Zat Pengotor di permukaan logam
dapat menyebabkan terjadinya reaksi reduksi tambahan sehingga lebih banyak atom
logam yang teroksidasi. Sebagai contoh, adanya tumpukan debu karbon dari hasil
pembakaran BBM pada permukaan logam mampu mempercepat reaksi reduksi gas
oksigen pada permukaan logam. Dengan demikian peristiwa korosi semakin
dipercepat.
3. Kontak dengan Elektrolit
Keberadaan elektrolit, seperti garam dalam air laut dapat
mempercepat laju korosi dengan menambah terjadinya reaksi tambahan. Sedangkan konsentrasi
elektrolit yang besar dapat melakukan laju aliran elektron sehingga korosi
meningkat.
4. Temperatur
Temperatur mempengaruhi kecepatan
reaksi redoks pada peristiwa korosi. Secara umum, semakin tinggi temperatur
maka semakin cepat terjadinya korosi. Hal ini disebabkan dengan meningkatnya
temperatur maka meningkat pula energi kinetik partikel sehingga kemungkinan
terjadinya tumbukan efektif pada reaksi redoks semakin besar. Dengan demikian
laju korosi pada logam semakin meningkat. Efek korosi yang disebabkan oleh
pengaruh temperatur dapat dilihat pada perkakas-perkakas atau mesin-mesin yang
dalam pemakaiannya menimbulkan panas akibat gesekan (seperti cutting tools )
atau dikenai panas secara langsung (seperti mesin kendaraan bermotor).
5. pH
Peristiwa korosi pada kondisi asam,
yakni pada kondisi pH < 7 semakin besar, karena adanya reaksi reduksi
tambahan yang berlangsung pada katode yaitu:
2H+(aq) + 2e-
→ H2
Adanya reaksi reduksi tambahan pada
katode menyebabkan lebih banyak atom logam yang teroksidasi sehingga laju
korosi pada permukaan logam semakin besar.
6. Metalurgi
• Permukaan logam
Permukaan logam yang lebih kasar akan menimbulkan beda
potensial dan memiliki kecenderungan untuk menjadi anode yang terkorosi.
• Efek Galvanic Coupling
Kemurnian logam yang rendah mengindikasikan banyaknya
atom-atom unsur lain yang terdapat pada logam tersebut sehingga memicu
terjadinya efek Galvanic Coupling , yakni timbulnya perbedaan
potensial pada permukaan logam akibat perbedaan E° antara atom-atom unsur
logam yang berbeda dan terdapat pada permukaan logam dengan kemurnian rendah.
Efek ini memicu korosi pada permukaan logam melalui peningkatan reaksi oksidasi
pada daerah anode.
7. Mikroba
Adanya koloni mikroba pada permukaan
logam dapat menyebabkan peningkatan korosi pada logam. Hal ini disebabkan
karena mikroba tersebut mampu mendegradasi logam melalui reaksi redoks untuk
memperoleh energi bagi keberlangsungan hidupnya. Mikroba yang mampu menyebabkan
korosi, antara lain: protozoa, bakteri besi mangan oksida, bakteri reduksi
sulfat, dan bakteri oksidasi sulfur-sulfida. Thiobacillus thiooxidans
Thiobacillus ferroxidans.
K.
Jenis-jenis
Korosi.
1. KOROSI HOMOGEN
Korosi homogen terjadi karena reaksi
electro chemical yang secara homogen terjadi karat ke seluruh bagian material
yang terbuka (telanjang)
Sifat
Merata dan material menipis
Kehilangan tonage besar dan
kecepatan tinggi
Contoh korosi pada badan kapal,
pilar – pilar pelabuhan, korosi pada kaki kaki jacket, sebatang besi yang
tercelup larutan asam sulfat, atap seng
Pencegahan
Pemilihan material yang sesuai,
coating yang sesuai, penambahan inhibitor dan katodic protection
2. GALVANIC CORROSION
Apabila terjadi kontak atau secara
listrik kedua logam yang berbeda potensial tersebut akan menimbulkan aliran
elektron/listrik diantar kedua logam. Logam yang mempunyai tahanan korosi
rendah ( potensial rendah) akan terkikis dan yang tahanan korosinya lebih
tinggi (potensial tinggi) akan mengalami penurunan korosinya
Korosi galvanic corrosion
dipengaruhi oleh, lingkungan, jarak, area/luas
Pencegahan
Memilih logam dengan posisi deret
sedekat mungkin, menghilangkan pengaruh rasio luas penampang yang tidak
diinginkan, memberikan isolasi diantara dua logam yang berbeda bila
memungkinkan, penerapan coating dengan mengutamakan pada logam anode,
penambahan inhibitor dengan cermat untuk mengurangi keagresifan logam dalam
proses korosi, pencegahan sistem sambungan mur baut dengan bahan berbeda dengan
logam induknya
3. CREVICE CORROSION
Sifat
Tidak tampak dari luar dan sangat
merusak konstruksi
Sering terjadi pada sambungan kurang
kedap
Penyebabnya, lubang, gasket, lap
joint, kotoran/endapan
Mekanisme
Oksidasi :
M
+ 1e
Reduksi
: O2 +
2H20 + 4e 4OH-
Dari reaksi diatas ion electron (e)
yang dihasilkan dalam reaksi oksidasi akan digunakan oleh oksigen (o2) untuk
mereduksi air (H2O) untuk menjadi ion OH. Dengan kata lain bahwa ion hidroksil
(H+) dihasilkan pada setiap pembentukan ion logam M+. Karena tempatnya atau
celahnya terbatas maka reaksi reduksi dari oksigen pada daerah tersebut habis
sedangkan metal M terus bereksi
Kecenderungan pembentukan ion M+ ini
kemudian disetimbangkan oleh adanya ion klorida atau cl- yang terdapat pada
celah tersebut. Hasil reaksi dari kedua ion tersebut akan meningkatkan konsentrasi
dari metal clorida atau MCl.
Dari reaksi diatas didapat HCL yang
berubah ion H+ atau CL- yang dapat meningkatkan laju penghancuran metal didalam
celah. Laju korosi didalam celah tersebut sangat cepat dan bersifat auto
katalik karena adanya ion H+ dan Cl-
Pencegahan
1.
Penggunaan
sistem sambungan butt joint dengan pengelasan dibanding dengan sambungan keling
untuk peralatan peralatan baru
2.
Celah
sambungan ditutup dengan pengelasan menerus atau dengan soldering
3.
Peralatan
– peralatan harus diperiksa dan dibersihkan secara teratur, terutama pada
sambungan – sambungan yang rawan
4.
Hindari
pemakaian packing yang bersifat higroskopis
5.
Penggunaan
gasket dan absorbent seperti teflon jika memungkinkan
6.
Pada
desain saluran drainase,hindari adanya lengkungan – lengkungan tajam serta
daerah genangan fluida
4. FILIFORM CORROSION
Sifat
Serangan dari korosi ini tidak
merusak komponen utama metal tetapi hanya mempengaruhi atau merusak penampilan
permukaan metal dimana permukaan dan penampilan kaleng makanan atau minuman.
Mekanisme terjadinya
Mekanisme terjadinya korosi ini
merupakan kasus khusus untuk jenis korosi celah. Selama pertumbuhannya, pada
bagian kepala unsur seperti H2O dan O2 dari udara luar secara osmosis. Kedua
unsur ini selanjutnya bereaksi dengan ion Fe konsentrasi tinggi membentuk
oksida Fe. H2O dan O2 ini akan berdifusi masuk kebagian kepala dan keluar dari
bagian ekor secara terus menerus, korosi tertahan dibagian kepala dimana
hidrolisa yang terjadi dibagian kepala menyebabkanlingkungan yang bersifat
asam, sehingga korosi ini dapat menyebar secara otomatis
Pencegahan secara global
Menyimpan material berlapis metal
(email) didalam kondisi kering
Memberikan lapisan brittle film
5. INTERGRANULAR CORROSION
Mekanisme Penyebab
Korosi intergranular terjadi pada
daerah tertentu dengan penyebab grain boundary. Hal ini disebabkan oleh
adanya kekosongan unsur/elemen pada kristal ataupun impurities dari
proses casting
Korosi ini terjadi pada casting
and welding
Pencegahan
Casting, pada proses ini harus
dilakukan dengan jalan mengecor logam dengan step yang benar, komposisi yang
benar dan pendinginan yang benar sesuai dengan karakteristik masing – masing
logam dan kegunaannya
Welding, pemilihan elektrode yang
benar, prosedur pengelasan yang benar, pendinginan yang benar
L.
Pencegahan
Terhadap Korosi.
Cara-cara pencegahan korosi, yaitu :
a. Pengecetan. Jembatan, pagar
dan railing biasanya dicat. Cat menghindarkan kontak dengan udara dan air. Cat
yang mengandung timbel dan zink (seng) akan lebih baik, karena keduanya melindungi
besi terhadap korosi.
b. Pelumuran dengan Oli atau
Gemuk. Cara ini diterapkan untuk berbagai perkakas dan mesin. Oli dan gemuk
mencegah kontak dengan air.]
c. Pembalutan dengan Plastik.
Berbagai macam barang, misalnya rak piring dan keranjang sepeda dibalut dengan
plastik. Plastik mencegah kontak dengan udara dan air.
d. Tin Plating (pelapisan
dengan timah). Kaleng-kaleng kemasan terbuat dari besi yang dilapisi dengan
timah. Pelapisan dilakukan secara elektrolisis, yang disebut tin plating. Timah
tergolong logam yang tahan karat. Akan tetapi, lapisan timah hanya melindungi
besi selama lapisan itu utuh (tanpa cacat). Apabila lapisan timah ada yang
rusak, misalnya tergores, maka timah justru mendorong/mempercepat korosi besi.
Hal itu terjadi karena potensial reduksi besi lebih negatif daripada timah (Eº
Fe = -0,44 volt; Eº Sn = -0,44 volt). Oleh karena itu, besi yang dilapisi
dengan timah akan membentuk suatu sel elektrokimia dengan besi sebagai anode.
Dengan demikian, timah mendorong korosi besi. Akan tetapi hal ini justru yang
diharapkan, sehingga kaleng-kaleng bekas cepat hancur.
e. Galvanisasi (pelapisan
dengan zink). Pipa besi, tiang telpon dan berbagai barang lain dilapisi dengan
zink. Berbeda dengan timah, zink dapat melindungi besi dari korosi sekalipun
lapisannya tidak utuh. Hal ini terjadi karena suatu mekanisme yang disebut
perlindungan katode. Oleh karena potensial reduksi besi lebih positif daripada
zink, maka besi yang kontak dengan zink akan membentuk sel elektrokimia dengan besi
sebagai katode. Dengan demikian besi terlindungi dan zink yang mengalami
oksidasi. Badan mobil-mobil baru pada umumnya telah digalvanisasi, sehingga
tahan karat.
f. Chromium Plating (pelapisan
dengan kromium). Besi atau baja juga dapat dilapisi dengan kromium untuk
memberi lapisan pelindung yang mengkilap, misalnya untuk bumper mobil. Chromium
plating juga dilakukan dengan elektrolisis. Sama seperti zink, kromium dapat
memberi perlindungan sekalipun lapisan kromium itu ada yang rusak.
g. Sacrificial Protection
(pengorbanan anode). Magnesium adalah logam yang jauh lebih aktif (berarti
lebih mudah berkarat) daripada besi. Jika logam magnesium itu akan berkarat
tetapi besi tidak. Cara ini digunakan untuk melindungi pipa baja yang ditanam
dalam tanah atau badan kapal laut. Secara periodik, batang magnesium harus
diganti.
E. Korosi aluminium Aluminium, zink, dan juga
kromium, merupakan logam yang lebih aktif daripada besi. Jika demikian, mengapa
logam-logam ini lebih awet? Sebenarnya, aluminium berkarat dengan cepat
membentuk oksida aluminium (Al2O3). Akan tetapi, perkaratan segera terhenti
setelah lapisan tipis oksida terbentuk. Lapisan itu melekat kuat pada permukaan
logam, sehingga melindungi logam di bawahnya terhadap perkaratan berlanjut.
Lapisan oksida pada permukaan aluminium dapat dibuat lebih tebal melalui elektrolisis, proses yang disebut anodizing. Aluminium yang telah mengalami anodizing digunakan untuk membuat panci dan berbagai perkakas dapur, bingkai, kerangka bangunan (panel dinding), serta kusen pintu dan jendela. Lapisan oksida aluminium lebih mudah dicat dan member warna yang lebih terang.
Lapisan oksida pada permukaan aluminium dapat dibuat lebih tebal melalui elektrolisis, proses yang disebut anodizing. Aluminium yang telah mengalami anodizing digunakan untuk membuat panci dan berbagai perkakas dapur, bingkai, kerangka bangunan (panel dinding), serta kusen pintu dan jendela. Lapisan oksida aluminium lebih mudah dicat dan member warna yang lebih terang.
No comments:
Post a Comment